Rabu, 21 Mei 2008

Politik Media Ala Julia Perez


Baik buruknya image seseorang, salah satunya dipengaruhi oleh media massa. Semakin banyak media mempublikasikan hal baik orang, maka orang tersebut bertambah populer dengan citra positif. Begitu pula sebaliknya. Nah, sekarang artis sensual Julia Perez (JP), sedang dihadapkan dengan persoalan itu. Namun JP tak kebakaran jenggot, tetap tenang dalam mengambil langkah.
Kasus yang dihadapinya adalah album terbarunya berjudul “Kama Sutra” (KM) memberikan kondom grratis bagi setiap pembeli album. Kemudian goyangan Julia Perez dalam video clip, membuat birahi kaum adam melejit. Al hasil, kini berkembang isu pencekalan JP manggung dibeberapa tempat dan penarikan album Kama Sutra. Ketika isu tersebut dikonfirmasi ke Julia Perez, maka kata-kata yang ke luar dari lisannya dingin dan tidak amarah. Agar bisa meredam persoalan.
Hal itu sungguh berbeda dengan Dewi Persik. Saat ada pelarangan tampil oleh Bupati Tangerang. Maka tanggapan artis yang terkenal dengan goyang gergaji, inipun, cenderung beringas, emosional dan menantang kepada penguasa. Lihatlah ekspresinya ketika ditangangkan di infotaiment seperti : Insert, Kabar-Kabari, I Gosip, Kasak-Kasuk, Ekspreso dll.
Dia kurang bisa mengontrol amarahnya, padahal perilakunya diliput banyak media dan ditonton puluhan juta pemirsa. Masyarakat pun berang dengan kelakuanya hingga di Tangerang ada sweeping mengenai kaset, vcd dan gambar dari salah satu ormas keagamaan kemudian dibakar. Kondisi seperti itupun justeru menambah keras kepala mantan istri Saiful Jamil. Mentri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adiasa Daud pun ikut turun tangan.
Dewi Persik sekarang baru terkena getahnya, pencekalan dimana-mana mulai Tangerang, Bandung, Sumatera Barat. Daerah mana yang lagi menyusul ? Karir keartisannya hancur, sebab ketidakpirannya tampil di depan media. Padahal tingkat kekeliruan antara Dewi Persik dan Julia Perez, maka lebih parah JP. Si Goyang Gergaji dan Julia Perez dicekal lantaran goyanganya maut dan pakaian serba terbuka.
Sedang JP lebih diperparah dengan hadiah kondom gratis setiap pembelian albumnya. Dan himbauan kepada konsumen semisal “ Album ini hanya boleh dibeli bagi orang yang berusia tujuh belas tahun” itu belum ada. Jadi anak-anak di bawah umur bisa membelinya. Tentu mengerikan ! Alasan Julia Perez, mengapa hal ini ditempuh, karena untuk mengurangi penularan HIV/AIDS. Namun apabila dibaca dalam perspektif agama, maka keputusan yang diambil Julia Perez cenderung mendukung sek bebas pra nikah.
Tidak heran kalau Mentri Peranan Wanita Mutya Hatta, jugu urun rembug dalam album Kama Sutra. Kini pun tudingan negatif tertuju kepada wanita yang bersuamikan orang Perancis. Wartawan infotaiment memburu JP, untuk memperoleh tanggapan seputar masalah yang dihadapi. Hasilnya Julia Perez, dijejali ribuan pertanyaan, ia pun mampu menjawab dengan alur runut, rasional dan nada datar.
Berbeda dengan Dewi Persik cenderung emosional dan ceplas-ceplos, tidak memikirkan kata-kata yang akan diucapankan. Padahal setiap statement yang muncul di media mempunyai pengaruh bagi yang mengatakan. Permainan JP pun tidak berhenti di situ saja. Dia bersama wartawan kemudian bersilaturohmi ke Ustad Baihaqi Adnan, untuk meminta nasehat album Kamasutra.
Mediapun pun secara serempak memberitakan JP silaturohmi ke tempat ustadznya. Pakaiannya berbeda dari biasanya lebih rapat dan tertutup menandakan seorang muslimah. Artis bernama asli Yulia Rachmawati cukuo piawai mencitrakan diri kepada media. Langkah meminta nasehat kepada ustadz, menjadi sabun pembersih bagi diri. Yang selama ini dikenal sebagai arti sensual, vulgar, dan mania sek.
Alhasil, persoalan yang dihadapi Julia Perez tensinya mulai turun. Profesinya keartisannya terselamatkan, jadwal manggung padat dan albumnya bisa ditemui di pasaran. Politik media JP lebih matang, media dianggap pisau satu sisi bisa menjadi pengais rizki. Namun sisi yang lain bisa membunuh dirinya sendiri.

Dani Kurniawan
Mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga
Redaktur “Kuntum” Lembaga Pers Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah (PP IRM)

Tidak ada komentar: